Ceritanya masih terus sama dan tak berubah. Tokoh dan
pemeran utamanya pun begitu. Dahulu, ketika kau menyakitiku, mungkin di benakmu
tidak pernah peduli dengan air mataku. Dahulu, ketika kau meningalkanku bersama
bayanganku, mungkin kalbumu tak pernah tersentuh dengan rintihan hatiku
memanggil namamu. Kau pergi begitu saja, berlalu tanpa jejak. Tapi sayang, percayalah sampai saat ini pun
bibirku yang beku, hatiku yang pilu masih tak pernah lelah dan berhenti untuk
terus manggil namamu. Langit hitam menjadi saksi atas ketulusan cinta ini,
buliran air mata itu yang akan megatakan segalanya kepadamu melewati mimpi
indahmu, karna sesungguhnya lidah ini sudah begitu kaku untuk digerakan.
Memang bukan saatnya lagi aku untuk mengharapkan kau
kembali. Karna apa? Karna kau telah bahagia bersama wanita manis pilihanmu itu
sayang. Tapi cinta ini yang selalu menuntunku kearah mu, memperhatikan setiap
tingkah laku mu yang lucu. Menatapmu dalam-dalam dan percaya masih ada cinta di
antara kita!. Yak, itulah diriku dengan kesibukanku memperhatikanmu. Dan kini aku
tau kau merasakan pilu, sama sepertiku dulu ketika kau titipkan luka. Tapi kali
ini bukan karna aku, tapi karna dia, wanita manis pilhanmu itu kan? Seandainya aku bisa membantumu, aku ingin
melakukan satu hal. Bukan ingin membenci wanita itu, bukan ingin meludahi wanita itu, bukan ingin membuat wanita itu
menderita biar sama sepertimu, bukan itu semua. Aku hanya ingin melukiskan
senyuman termanis di wajah mu kembali seperti dulu, aku ingin melihat itu
sekarang sayang. Aku bukan wanita yang
cukup tangguh untuk melihat raut mukamu seperti warna hitam yang paling kelam.
Kau memang masih menjadi lelaki hebat yang ku kenal dulu.
Kamu selalu berjuang untuk mempertahankan wanita itu walaupun kamu terluka,
menahan perih. Sama seperti apa yang aku lakukan terhadap dirimu saat ini.
Masih bertahan untuk mencintaimu, yang menaruh segudang luka di hati. Aku
selalu menjatuhkan airmata untukmu, kau selalu menjatuhkan airmata untuknya.
Aku selalu tersenyum untukmu, kau selalu trsenyum untuknya. Aku selalu
memperhatikanmu, kau selalu memperhatikan dirinya. Lihat! Betapa berartinya
wanita itu untukmu. Tapi kau seharusnya sadar wanita itu kini menginginkan
teman kecilmu. Bukan kamu.
Aku mengenalmu, kau lelaki setia. Hanya saja kesetianmu itu
bukan untukku, tapi untuknya. Tampak saat ini kau begitu berjuang keras untuk
mempertahankannya meski kini wanita manismu lagi asik mencoret coret hati mu
dengan pisau yang baru saja di asahnya. Kini kau dihadapanku. Aku melihatmu
lelah. Aku melihatmu terpuruk. Aku mendengar
nada nada kesedihan yang sedang kau petik. Andaikan aku mampu, aku ingin menghampiri mu
sambil membawa bingkisan cinta yang sudah kususun.